MARTIN LUTHER
King lahir di 15 Januari, 1929 di Atlanta, Georgia. Ayahnya
adalah seorang pendeta. Ia pertama kali dikenal sebagai Michael King Junior, namun
mengubah namanya menjadi Martin Luther King Junior guna menghormati pendeta
Protestan. Dia belajar di perguruan tinggi Morehouse dan lulus dengan gelar
Bachelor of Arts. Dia kemudian belajar teologi sistematis setelah lulus, dan
akhirnya ia menerima gelar Doktor Filsafat pada tahun 1955.
Pelajaran Kepemimpinan Martin Luther
King Junior
King Junior
1. Pasif merupakan karakteristik buruk
Martin Luther King melihat bahwa kepasifan untuk baik adalah seburuk mengabadikan kejahatan.
Martin Luther King melihat bahwa kepasifan untuk baik adalah seburuk mengabadikan kejahatan.
Hal ini terutama berlaku jika Anda ingin menjadi
pemimpin. Anda tidak bisa menjadi pasif. Ketika ada konflik yang terjadi antara
dua anggota tim Anda, Anda harus menjadi orang yang menyelesaikannya. Ketika
ada tantangan utama yang dihadapi organisasi Anda, Anda tidak dapat
bersembunyi. Anda harus aktif dalam memulai metode baru, menghadapi tantangan
dan memecahkan masalah.
2. Kepemimpinan kreatif diperlukan untuk
perubahan
Martin Luther King melihat pentingnya revolusi disiplin. Dia melihat kekuatan sekelompok individu yang disiplin dan terorganisir yang berusaha untuk membawa perubahan positif di dunia. Dengan wahyu itu, dia memimpin gerakan hak-hak sipil untuk mencapai tujuannya.
Martin Luther King melihat pentingnya revolusi disiplin. Dia melihat kekuatan sekelompok individu yang disiplin dan terorganisir yang berusaha untuk membawa perubahan positif di dunia. Dengan wahyu itu, dia memimpin gerakan hak-hak sipil untuk mencapai tujuannya.
Seorang pemimpin yang sangat baik selalu
menantang status quo. Dia tidak memungkinkan norma-norma
sosial untuk menentukan metodenya atau tujuan.
3. Cinta adalah kekuatan yang lebih besar
daripada kekerasan
Martin Luther King percaya bahwa cinta dan non-kekerasan adalah senjata yang lebih kuat daripada kekerasan dan kebencian dalam mempengaruhi perubahan. Dengan itu, ia menggunakan metode non-kekerasan sebagai sarana utama untuk mencapai persamaan hak bagi rakyatnya.
Apa pun penyebabnya Anda perjuangkan, atau organisasi yang Anda pimpin, selalu baik untuk mengetahui bahwa pada akhirnya, di atas segalanya, itu adalah cinta yang dapat mengubah dunia.
Martin Luther King percaya bahwa cinta dan non-kekerasan adalah senjata yang lebih kuat daripada kekerasan dan kebencian dalam mempengaruhi perubahan. Dengan itu, ia menggunakan metode non-kekerasan sebagai sarana utama untuk mencapai persamaan hak bagi rakyatnya.
Apa pun penyebabnya Anda perjuangkan, atau organisasi yang Anda pimpin, selalu baik untuk mengetahui bahwa pada akhirnya, di atas segalanya, itu adalah cinta yang dapat mengubah dunia.
TEORI JOHN LUCKE
Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami
sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong.
Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula
rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani
oleh manusia itu.
tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia)
ketika lahir berupa "kertas kosong" tanpa aturan untuk memroses data, dan data yang
ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh pengalaman alat
inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu
"kosong" saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu
untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari
karakternya - namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak bisa ditukar.
Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta dikombinasikan
dengan kodrat
manusia inilah lahir doktrin Lockean tentang apa yang disebut alami.